Monday, July 20, 2009

AKSI PENGHIJAUAN HARI LINGKUNGAN HIDUP



Mengisi hari bumi Ahad 31 Mei 2009, Menanam pohon, memupuk pohon di sekitar jalan Zafri Zam-zam Banjarmasin.

Sunday, July 19, 2009

Always Riding My Bike


setelah sukses pada touring I pada tanggal 8-9 Mei 2009 Rute Banjarmasin Takisung Banjarmasin dengan jarak tempuh 186 Km dengan masa kayuh 16 Jam, dan Touring II pada 31 Mei dan 1 Juni 2009 rute Amuntai ( Hulu Sungai Utara ) Banjarmasin menempuh 215 Km dengan masa tempuh 18 Jam, kini kesuksesan dibukukan oleh Pak Mukti dan 5 Anggota SABAN yang lain. Petualangan ini tambah hangat karena disertai pula 1 Anggota dari Wadah Sapita Tuha (WASIAT) Peleihari. Rute yang panjang dan melelahkan telah berhasil dilalui dengan gemilang. 235 Km Palangkaraya(kalteng) dan Banjarmasin Kalsel sudah ditaklukkan. 7 Jagoan SABAN ini mengukir sejarah dengan mengambil rute terpanjang dengan melewati 2 ibu kota propinsi. Kapolres Pulang Pisau turut menyambut. Danramil Kapuas juga menjamu. Kelelahan sedikit terusir ketika 5 Anggota SABAN ( ALumni tour takisung dan Tour Amuntai) menyambut rombongan di KAPUAS 45 km dari banjarmasin. Riding forever...

Monday, May 11, 2009

186 KM SABAN Tour De Banjarmasin-Takisung


Bukan mencari sensasi, tetapi saya hanya ingin menguji nyali. Bersepeda sepanjang 186 kilometer dari Handil Bakti ke Takisung pulang pergi telah saya jalani. Ditemani oleh Pak Jul temen dosen di Poliban, saya menempuh petualangan panjang dan melelahkan ini. Persiapan fisik dan mental harus matang, apalagi teman-teman di SABAN ( Sepeda Antik Banjarmasin ) sebagian meragukan. Berbekal tekad kuat saya memberanikan diri dan minta ijin kepada “tetuha” SABAN pada rapat persiapan peringatan Proklamasi gubernur Divre IV tentara ALRI. Ketua mengamanahi saya untuk menyampaikan surat undangan ke WASIAT ( Wadah Sapida Tuha) Tanah Laut. Tugas ini semakin memantapkan saya untuk berangkat. Seminggu menjelang keberangkatan saya menghubungi Pak H Ibnu Ahmad Maki ketua WASIAT di Peleihari. Beliau mengatakan siap menyambut dan menjamu makan siang. Ternyata rencana saya ini terdengar oleh saudara kami Banjarbaru Onthel Mania (BOM) dan mereka siap mengawal dan saya semakin mantap untuk mengayuh sepeda mendaki pegunungan untuk menyusuri pantai Takisung.
Secara fisik dan mental kami siap berangkat, tetapi sepeda yang saya naiki adalah sepeda Raleigh keluaran 1952. Sangat rentan kerusakan karena usianya. Maka saya pun memantapkan fisik sepeda dan perlengkapan pendukungnya. Sehingga malam Jumat menjelang keberangkatan, saya dan pak Jul mengadakan “technical meeting” di warung ronde depan UNLAM.
Jam 06.00 Jumat 8 Mei 2009 saya mengeluarkan sepeda untuk start, tidak lupa menelpon simbok di Boyolali. Di Liang Anggang sudah menunggu 4 orang BOM yang bergabung. Saya kagum dengan mereka, bukan hanya sepedanya yang udzur, tetapi bapak-bapak yang bernyali ini ternyata sudah cukup umur. Bahkan kami memanggilnya mbah.
Saat menjelang adzan shalat Jumat saya dan rombongan tiba di kota Peleihari. Di Masjid Al Manar kami istirahat dan shalat. Sesuai janji saya di tunggu di taman kota Peleihari depan kediaman Bupati TALA. Lima menit menunggu datang mobil pejabat menghampiri. Pak Haji Ibnu datang bersama anak dan istri menyambut kami. Setelah itu datang satu persatu anggota wasiat. Sungguh kami sangat terharu. Kehangatan suasana semakin terasa ketika kami menikmati hidangan daging menjangan yang sudah disiapkan. Suasana persaudaraan kami sangat terasa. Ketulusan terpancar dari penyambutan mereka.
Setelah selesai makan, teman-teman dari BOM pulang ke Banjarbaru dan kami melanjutkan ke perjalanan Takisung berdua. Menjelang Maghrib, saya tiba di desa Gunung Makmur sekitar 5 km dari Takisung. Saya bertemu dengan keluarga bapak ibu Kusnan. Keluarga asal Tulung Agung ini sangat bersahabat. Mereka menampakkan sikap sebagaimana “orang-orang kuno” yang bersahaja. Memuliakan tamu, menyayangi yang muda seperti anak dan mengajari kami tentang ajaran-ajaran kehidupan yang bermanfaat. Kami di jamu dengan makanan ala Jawa dan dibekali dengan wadai Banjar, Sulit sekali menampik kebaikan mereka. Tulus sebagaimana saya dapatkan dari Bapak-Simbok saya. Dengan halus saya menolak; “maaf pak/bu… kami menginap di pantai saja, maaf sudah merepotkan”.
Selama menginap di pantai pun kami merasa sangat aman dan nyaman. Pak Anang Saberi penjaga pantai takisung menjamin kebutuhan kami. “kaina bila handak bemalam lagi, teleponi aja paman, bepadah aja hendak ke wadah paman, insya allah kada di cegat lagi” sepenggal obrolan dengan Pak Anang.
Sabtu 9 Mei 2009 pagi usai shalat subuh saya pamitan dengan Paman Anang, tidak lupa saya mampir ke rumah pak Kusnan untuk sekedar berfoto. Sepeda pak Jul ada sedikit masalah di as belakang, Sambil melepas lelah di Taman Kota Peleihari saya bertanya dimana tempat bengkel sepeda. Setelah berputar-putar di pasar Peleihari saya tidak menemukan bengkel yang bisa memperbaiki sepeda. Lewat seorang mekanik sepeda motor, saya ditunjuki “orang pintar” yang bisa mengotak-atik sepeda di Jl Mufakat Peleihari. Pak Dani yang ahli sepeda ini ternyata tidak mau dibayar atas jasanya memperbaiki sepeda. Terimakasih pak, atas minuman dan kuenya, terimakasih atas jasanya. Sepeda pak Jul siap tempur dan kami pun segar kembali untuk mengayuh sepeda mendaki dan menuruni pegunungan Peleihari.
Jam 17.30 saya sampai di batas kota. Pak Narno, Pak Udin, Pak Wahyu menelpon, mengabarkan bahwa teman-teman SABAN menyambut di depan TVRI. Sungguh suasana haru bak penyambutan pahlawan yang pulang dari medan perang. Mereka mengelu-elukan saya. Sungguh malu rasanya, mereka berlebihan menyambut kepulangan saya. Koh Willi Poh menyambut kami dengan Es Buah yang segar di Siring Sabilal tempat biasa kami mangkal.
Sungguh perjalanan selama dua hari satu malam ini adalah perjalanan yang mengesankan. Kami menemui orang-orang yang berhati tulus, bersih dan bersahaja. Saya bertanya kepada teman saya yang Dosen di FKIP UNLAM: “Pak… apakah ini mutiara yang hilang itu…” teman saya menjawab: “Inilah yang saya cari di komunitas Sepeda tua pak Agil, nilai-nilai itulah yang membuat saya ingin bergabung di SABAN.”

Sunday, May 10, 2009

Jelajah

Usai sudah tugas negara... mengantar surat ke tanah laut 62 km dari banjarmasin. Mengibarkan bendera SABAN di takisung 25 Km dari tanah laut. 93 Km rute Banjarmasin takisung telah memecahkan rekor. Menjawab keraguan selama ini. Raleigh 1952 ternyata masih sanggup menempuh jarak sepanjang itu, medan pegunungan menantang berhasil kami taklukkan 8-9 Mei 2009 adalah rekor kami menempuh jarak panjang dengan sepeda tua. AGIL dan IJUL SABAN.
Tunggu berita dan gambar-gambar liputannya.

Thursday, April 30, 2009

Baaruhan


Minggu 3 Mei 2009

Undangan pak Soeparmin untuk silaturahmi ke rumah beliau, pal delapan... Pak Parmin biasa disapa. Staf di Bank Mandiri Banjarmasin ini selalu menjadi primadona setiap kali SABAN turun ke Jalan. Koleksi sepedanya "kempling-kempling" dan aksesorisnya T O P B G T... selalu yang terdepan... jangan kada ingat ya... hari minggu ini kumpul dulu di Siring kita berangkat sama-sama ngonthel ke rumah beliau... di jamin Asyik dan Sehat.

Monday, April 27, 2009

Si Mungil dari Surabaya




Primadona kali ini adalah Philips dengan seri 515452 ukuran ban 24 milik H Rahmat. Pabrikan negeri ratu Elisabeth ini memang menarik. Warna aslinya hijau tua seperti warna Raleigh kebanyakan. Dengan modifikasi sempurna, sepeda ini dilengkapi dengan box di belakang dan lampu sirine.
Ditambah aksesori lampu depan seperti yang anda lihat, sepeda ini tergolong koleksi langka di banjarmasin. Melalui tangan kedua, sepeda ini didapat pak Haji dari Kedubes Inggris. Pantas memang karena penampilan sepeda ini sangat “excelente” . Melalui jasa Expedisi sepeda ini pak haji datangkan dari Surabaya sekitar sebulan yang lalu. Jika anda berminat rogoh kocek anda sebesar Rp 4.500.000,00 maka pak haji rela saja melepas koleksinya. Tertarik? Hubungi 05117710140. Langsung tanpa perantara.

Sunday, April 19, 2009

NGiring Manten


Ketemu ama Komunitas sepeda Martapura, Banjarmasin,Banjarbaru, Gambut... semoga tidak hanya sekedar silaturahmi... amin